Hidup ini penuh dengan rahasia, penuh dengan tanda tanya,
kenapa bumi mengelilingi matahari, itu sudah terjawab sekian abad silam,
kenapa bumi ini gelap dapat dipecahkan oleh Thomas Alfa Edison. Tapi
tidak terpecahkan hal yang paling dekat dengan harapan seseorang, apakah
karena itu sebuah harapan? Sehingga tidak tercapai? jodoh, rizki dan
mati di tangan Tuhan. Sepenghujung ini aku mendapatkan jawaban dari dua
pertanyaan tersebut, dan hari ini terlengkapi sudah pertanyaanku yang
terakhir. Jodoh memang tak pernah bisa ditebak seperti halnya mengisi
teka-teki silang murahan.
Pernahkah terdengar sebuah kisah bahwa
seorang anak adam, Farhan begitu dia dipanggil, harapannya pada
seseorang yang dia anggap akan menemaninya menghabiskan sisa waktunya
kandas oleh pilihan. Memang hidup adalah pilhan, tapi seandainya pilihan
Farhan benar tentunya dia tidak berpengharap saat ini. Zakiyyah anak
penjual daging sapi yang telah memikat hatinya. Berawal dari jatuh cinta
anak ingusan, Farhan telah mengenal Zakiyyah sejak dia satu SD. Apa
benar anak sekecil itu bisa merasakan indahnya cinta, memang Farhan tak
pernah mengatakan cinta apalagi jalan berdua mengililingi bantaran
sungai di sawah-sawah desanya atau bahkan pacaran orang kota minum di
kafe-kafe elit. Tapi sejak itulah dia mengenal pribadi seseorang, hal
itu bertambah kagum ketika mereka menjadi wakil SD untuk lomba cerdas
cermat tingkat kecamatan, hanya berdua. Sejak kelas 4 mereka memang
merupakan rival rangking kelas, Zakiyyah selalu mendapat yang terbaik
dan hal itu dapat dibalik oleh Farhan ketika dia mampu menjuarai lomba
cerdas cermat itu, sang
winner dapat dinobatkan kepada Farhan.
Setelah
lulus SD mereka tak pernah berjumpa lagi. Farhan melanjutkan sekolah di
SMP 5 sedangkan Zakiyyah lebih memilih SMP 3. dari awal tak ada
apa-apa karena mereka memilih jalan masing-masing. Sampai pada masa yang
mengembalikan kenangan masa kecil terkuak kembali, hati mereka berjumpa
lagi. Farhan selalu gelisah tanpa alasan, tapi dia merindukan orang.
Orang itu adalah Zakiyyah. Akhirnya dia memutuskan menunggu tiap hari di
pojok kampong, hanya sekedar ingin bertemu. Sampai pada suatu hari dia
berani mengikutinya bersepeda sambil bertanya basa-basi. Oh
Tuhan….tidak…ternyata Zakiyyah menyambutnya dengan hangat. Dari sanalah
tumbuh cinta anak ingusan yang ke dua. Waktu begitu cepat sampai akhir
kelulusan SMP tak ada kata cinta terbisik. Mereka hanya memendam
perasaan. Sekolah lanjutan berikutnya tak berbeda, mereka terpisah,
sekalipun tak bertemu kecuali Farhan menunggu Zakiyyah. di parkiran
sepeda tempat mereka bertemu, tak peduli berapa lama dia menunggu.
Farhan pulang sekolah jam 12.30 sedangkan Zakiyyah jam 13.30, ataupun
sebaliknya Zakiyyah membalas penantian dengan penantian, pernah suatu
ketika Zakiyyah pulang jam 11.00 dan dia harus menunggu sampai jam
13.00, mungkin seandainya tsunami datang mereka akan tetap menunggu.
***************-------***************
“han
nanti malam datang ya” pinta Zakiyyah. Entah ada angin apa Zakiyyah
mengundang Farhan hadir dalam perayaan malam agustus di SMA Zakiyyah.
“ya” pendek jawab Farhan, karena dia tak tahu harus berkata apalagi karena bahagiaanya atas undangan itu.
Angin
berhembus pelan, menggoyangkan daun pohon jambu dekat rumah Farhan,
gelap perlahan datang mengejek sang sore yang habis waktunya di bumi.
Farhan mulai bersiap-siap menuju SMA Zakiyyah, tapi dia tak seberani
itu, dia mengajak Fandi.
Gerbang besi putih menyambut, tampak di
depan gerbang itu dua orang laki-laki bertubuh dempal dengan memakai
baju biru kehitam-hitaman. “selamat malam pak…” Fandi menyapa satpam SMA
itu. tanpa perlu diperiksa Farhan dan Fandi masuk ke dalam acara itu,
mereka melebur bersama. Fanhan tak tahu kemana mencari Zakiyyah,
bingung…perasaan itu yang selalu menggelayuti di hatinya.., berputar
mengelilingi
stand yang berjejer rapi sekitar panggung.
Langkah terhenti…..Zakiyyah menyambut Farhan..
“selamat malam Farhan”….terbata-bata Zakiyyah mengucapkannya
“emmmm….selamat malam juga Zakiyyah” Farhan terlihat gugup menjawabnya..
Setelah berbincang lama, Zakiyyah tak tahu bagaimana mengungkapkannya…
“han,
ayo ikut aku” Zakiyyah sambil menarik tangan Farhan, Farhan masih
bingung, mau diajak kemana dia…sementara Fandi tengah asik menikmati
lagu keras yang disuarakan penyanyi panggung itu.
Di bawah
kembang yang tingginya tak lebih 1 meter mereka duduk berdampingan,
Farhan masih bingung mengapa Zakiyyah menarik tangannya…
“mmmmmmmmm……..” Zakiyyah tak bisa melanjutkannya..
“ ada apa Zakiyyah, kok mengajakku kesini?” Tanya Farhan.
“ maaf han..aku cuma mau tanya” Zakiyyah berupaya menata hatinya untuk satu urusan ini…
tekkkkkk… berhenti…tak bisa Zakiyyah melanjutkannya.
“ Tanya apa?” Farhan langsung tahu kegelisahan Zakiyyah..
“maaf ya han, aku denger dari temen…” sedikit menambah Zakiyyah
“denger apa?”
“apa
bener kamu sayang aku?” malu, hanya itu yang dirasakan Zakiyyah, kenapa
harus dia yang mengatakan, kenapa tidak Farhan yang mengatakannya dulu.
Seketika Farhan hanya terdiam…tak tahu harus berkata apa, karena
perasaan yang terpendam itu kini seperti air bah yang menggenangi
daratan hatinya. Sanubarinya terkoyak oleh pertanyaan itu.
“ya…..” singkat jawab Farhan.., kenapa dia menanyakan itu, fikirnya.
Musim
semi pertama di Negara kemarau, salju pertama di Negara hujan, keduanya
terbuai perasaan indah, satu daun jatuh di atas kepala Farhan…seakan
pertanda alam merestui mereka, turut menyambut kebahagiaan mereka.
“kita
janji, kita kan bersama terus ya!” tiba-tiba kelingking Zakiyyah
diarahkan ke depan tubuh Farhan. Kelingking kanan Farhan akhirnya
menyatu dengan kelingking Zakiyyah. Malam semakin larut….hingga mereka
lupa kini saatnya berpisah, musik telah berhenti berteriak dari sound
system yang besar samping panggung. Stand-stand sebagian rata dengan
tanah…
“Selamat malam…” akhir perjumpaan yang penuh dengan bunga-bunga mekar
***************-------***************
Waktu
berjalan dan berlari semakin cepat….semakin cepat, tanggal 20 Agustus
telah berlalu…bagi Zakiyyah mereka tak perlu sering bertemu dengan
Farhan meskipun mereka mengikat dalam suatu janji. Perjalanan cinta
mereka tak berlangsung seperti hidupnya pohon jati, hanya sebentar…tak
pernah ada yang tahu siapa yang memulai…mulai detik itu Farhan tak
pernah sekalipun mengirim Zakiyyah SMS. Hanya saja Farhan tersinggung
oleh ucapan Khusna, teman Zakiyyah sekampung…..salah paham, hanya
kesalahpahaman yang menjadikan semuanya membatu. Semakin keras ketika
tak ada kabar diantara keduanya. Hingga berujung tak jelas status
hubungan mereka.
***************-------***************
Akhir SMA telah tiba, lonceng perpisahan telah berdentang….selamat tinggal SMA.. Selamat datang Kampus….
Zakiyyah
menjadi salah satu mahasiswi UNESA sedangkan Farhan tak jauh dari
kampus Zakiyyah, IAIN kampus yang dipilih Farhan. Tak ada yang berbeda
sebagai seorang mahasiswa baru, menjalani rutinitas kampus yang
melelahkan. Tentang perasaan cinta…mungkin telah terlupakan…..sampai
pada akhirnya…….
Mengapa…..?mengapa perasaan itu hadir lagi? Ya Tuhan…….Farhan tak mengerti apa yang dirasakannya kali ini…
Setelah sekian lama 3 tahun, tak ada kabar, tak tahu rimba kemana…kenapa kerinduan pada Zakiyyah hadir lagi.....
“ya…..mungkin dia masih mengingatku…….” Berharap Farhan pada perasaan itu…
Hingga
dia memberanikan untuk memberi Zakiyyah kabar…ibarat sirkuit balap
motor mugnkin terlalu panjang untuk berbasa-basi menuju titik
masalahnya…., Farhan masih menyayangi Zakiyyahh..
“Zakiyyah aku masih mengharapkanmu” tulis SMS Farhan
“benarkah?”
“bukannya dulu kita tidak putus? Seandainya masih ada lubang dalam hatimu biarkan aku menutupinya”
“seandainya
itu benar, aku juga akan bahagia”…..ah…ternyata Zakiyyah masih
menyimpan perasaan itu, kini terulang kembali masa itu, Tuhan sungguh
sangat baik hati pada Farhan.
“han, seandainya Tuhan menitahkan
kita bersama maka tak ada batu secuilpun yang dapat menghalanginya,
biarkan bidadari surga menghampirimu kelak dalam kehidupanmu, namun
seandainya aku bukan bidadari itu maka ikhlaskan aku, karena bidadarimu
telah menunggu” tambah Zakiyyah….bergetar hati Farhan…, kini pipinya
basah oleh air mata yang tak pernah dia mengerti…”Zakiyyah kau memberi
harapan padaku tapi tidak untuk janji kelingking kita dulu…, dunia ini
memang tak pernah ada yang tahu” bisik Farhan dalam hati.
“seandainya
esok aku bukan pangeran yang Tuhan tunjuk untuk kamu, maka Tuhan akan
memberikanmu yang lebih baik” bergetar jemari Farhan sekedar mengirim
balasan luapan emosi hatinya.
“tak ada ikatan antara kita, biarkan semua berjalan” pinta Zakiyyah
“tentu…”
***************-------***************
Ramadhan
telah berakhir, idulfitri menyambut manusia seantero bumi,
bersahut-sahutan takbir, bergema ke penjuru langit. Manusia berkeliling
mengunjungi rumah ke rumah untuk meminta maaf satu dengan yang lain.
Farhan berkunjung ke rumah Zakiyyah seperti tahun-tahun
sebelumnya…disana mereka dapat berbicara banyak, karena saat itulah
waktu yang diperkenankan oleh keadaan.
Lebaran telah berlalu, kini
mulai lagi kuliah tahun ini, seminggu ini tak ada kabar dari Zakiyyah,
Farhan mulai cemas, dia memutuskan untuk menanyakan kabarnya minggu
depan.
“asslm….gmn kbrx?” pesan singkat Farhan
“wasslm…alhamdulillah baek, q pngn tax ssuatu…” balas Zakiyyah
“tax pa?”Farhan heran dengan pesan balasan Zakiyyah
“benarkah pean msh mnghrpkanq?”
“knp tax bgt?ada mslh pa?”
“Cm klrfkasi” singkat Zakiyyah
“bkanx kt dr dl g da iktn pa2, jk pean bdadri itu mk g da yg dpt mnghlanginya bkan?, dg ini g day g terdholimi, g day g skt ht”
“ya….bdadri tu pst dtg pada waktux,,q tlah menmukan pangeranq, q tlh mnmukan pndmping hdpq,imamq”
-Untuk “Zakiyyah”, Sang Penjernih-